Selulusnya kuliah di pondok, ia pamit
pulang. Sang kyai mengarahkannya untuk menghafal AlQur’an di sebuah pesantren
di Lawang, Malang. Tanpa babibu, ia langsung sami’na wa atho’na. Dengan bekal bahasa Arab yang ia praktekkan di
pondok pesantren Al amien, ia dengan mudah menghafal Alqur’an. Menghafal Qur’an
30 juz ia tempuh hanya dalam waktu 10 bulan.
Setelah lulus dari pesantren di
Lawang, dengan pedenya ia mendatangi rumah seorang perempuan di Malang.
Perjuangan yang tak mudah, sebab maksud hati untuk melamar pujaan hati,
menghadapi berbagai rintangan. Entahlah, apa yang membuatnya sekuat baja hingga
mau tak mau ia bertekad harus menikah dengan belahan jiwanya.
Walaupun cintanya bertepuk sebelah
tangan, tapi orangtua dari perempuan tersebut memihak padanya. Kartu AS ada di
tangannya. Dan, rencana itupun dikelola sedemikan rupa. Sang perempuan yang
bekerja di Malang selatan itupun tak tahu apa-apa.
“Aku nggak mau!”ketus perempuan itu
menjawab.
“Tega sekali kamu merampas kebahgian
orangtuamu? Tidakkah kau mau membahagian mereka sebelum ajal
menjemputmu?”ucapnya lembut “aku nggak akan mengajarimu bagaimamna cara
berbakti kepada orang tua, karena kamupun pasti sudah tau hukumnya”
Bisu. Tak ada jawaban dari perempuan
itu.
“Begini saja, kita nikah untuk
membahagiakan mereka.Setidaknya mereka tau, bahwa kamu anak yang berbakti
kepada kedua orangtua. Setelah itu, kita cerai.”
Aha! Ide bagus. Batin perempuan sipit
tersebut. Ia pun menganngguk. “Ok!”
Sampai pada saatnya tiba, sang
perempuan dijemput untuk melaksanakan akad nikah. Ahh, masih galau hatinya.
Buah simalakama ini bener2 gak enak.
“Ayo kita pulang” kakaknya menjemput
di tempat kerja.
“Tapi aku masih kerja.”
“Baik, saya pamitkan”
“Jangan...”
Sang kakak diam. Tak berkata apapun. Ia
hanya memperhatikan wajah sendu adiknya. Bulir-bulir air, jatuh mengaliri pipi
tirus sang adik. Dipeluknya tubuh mungil di sampingnya. Berharap ada kekuatan
besar menjalari tubuh adik yang ia sayangi. Tangisnya makin menjadi. Tangis pilu
siti nurbaya memecah suasana kantor yang hampir tutup itu.
* * *
Tak ada terop. Tak ada soundsystem
yang menggema ke seluruh penjuru kampung. Yang ada hanya tangisan, layaknya
kematian merenggut salah satu diantara mereka.
“manten
lanang wes teko!” teriak salahsatu dari mereka. Tak urung terikan itu membuat
suasana makin kacau. Teriakan histeris mulai terdengar. Ternyata ibu mempelai
putri pingsan. Tak siap menerima keadaan terburuk yang bisa saja terjadi hari
itu. Semua sudah dipersiapkan sedemikian rupa. Anak pertamanya, sudah tiga kali
bolak-balik ke rumah tanpa membawa putrinya. Dan sekarang, mempelai pria sudah
datang. Dan ia tak mendengar info apapun dari sulungnya. Di telpon tapi gak
diangkat. Mau ditaruh dimana mukanya jika prosesi akad nikah ini GAGAL?
Mempelai putri datang dengan sang
kakak yang disambut gembira oleh para biodo
dan sinoman dengan mata sembab. Tepat
setelah sholat maghrib, janji suci itu diucapkan. Akankah ia ingkar terhadap
janjinya?
MasyaAllah. Dalam 10 Bulan hafal 30 juz Al-Qur'an. Luar biasa ....
BalasHapusIya,
HapusNadila hafal 30juz, brapa lama? 😊
Hebat yaaa...
BalasHapusIya, makasih mbak lis..
HapusEh, hebat apanya mb? Hebat nolaknya? Wkwkwk
Hebat yaaa...
BalasHapusOoo... Aku sepertinya mulai bisa menerkaa..
BalasHapusDek cili mah gitu orangnya.. Suka menerka -nerka.. Tapi belum tentu benar loh tebakanmu, hehe
Hapusbaca ini jadi pingin mendalami ilmu agama jauh lebih jauh.. makasih mba Siti , tulisannya sarat nasehat
BalasHapusTran Ran
Makasih mas..
Hapus